Saking hebatnya Marquez, Bradl sendiri melihat Honda jadi ketagihan dan sangat bergantung pada masukan Marquez, malah mengabaikan masukan dari pembalap lain.
Saat Marquez didera cedera panjang, seperti yang dialaminya selama tiga musim terakhir, mereka kehilangan arah dan tumbang.
“Memiliki bakat luar biasa seperti Marc dalam sebuah tim adalah berkah sekaligus kutukan. Tidak mudah bagi manajer tim dan manajer Honda lainnya.
Saya membaca artikel tentang bos KTM Stefan Pierer yang sama sekali tidak ingin menggaet Marc," kata Bradl melalui Speedweek, Minggu (1/8/2023).
"'Jika dia menang maka itu berkat para pembalap, tetapi jika dia kalah itu salah motor saya' adalah alasannya katanya. Ini memang situasi yang sulit dikendalikan. Sama seperti di Formula 1, dengan Red Bull Racing," lanjut pembalap asal Jerman ini.
Pembalap yang sudah menjadi test rider Honda sejak 2018 itu mensinyalir Honda juga tampak tak sabar mengungguli pebalap selain Marquez. Menurutnya, beberapa pembalap harus diberi waktu untuk membiasakan diri dengan RC213V, motor yang terkenal sulit dijinakkan.
"Dengan pabrikan sekaliber mereka dengan masa lalu yang begitu sukses, orang Jepang hanya melihat hasilnya segera. Rekan setim Marc mungkin tidak memiliki faktor waktu dan kesabaran. Terkadang Anda harus memberi waktu kepada pembalap," pungkas Alter Reiter 33 tahun ini.