Kipchoge menyelesaikan balapan pada Minggu (25 September) dalam waktu 2 jam 1 menit 9 detik. Hasil ini melampaui rekor dunia sebelumnya 2 jam 1 menit 39 detik, yang juga dibukukan pelari berusia 37 tahun itu di Berlin Marathon 2018.
Kipchoge membuktikan ketangguhannya sejak awal. Hanya dua pelari Ethiopia, Guye Adola dan Andamlak Belihu, yang bisa mengikutinya di 10 kilometer pertama.
Dalam 59 menit 51 detik, Kipchoge sudah menempuh separuh jarak, jauh lebih baik dari golnya 60 menit 50 detik. Di kilometer 25 hanya Belihu yang menemani Kipchoge.
Dengan 15 kilometer lagi, Kipchoge sudah berlari "sendirian" tanpa lawan yang bisa ditandingi. Itu berlanjut ke garis finis.
Kemenangan ini adalah yang ke-17 dari 19 maraton terakhir yang dia ikuti. Ini adalah kemenangan keduanya dalam dua balapan yang dia ikuti pada tahun itu, sebelum Tokyo Marathon pada bulan Maret.
“Saya senang dengan persiapan saya dan saya pikir hasil ini tercapai berkat kerja tim. Ini semua berkat kerja tim," kata Kipchoge, yang dilatih oleh Patrick Sang, kepada BBC.
“Motivasi saya datang dari keluarga saya dan saya ingin menginspirasi anak muda. Olahraga menyatukan orang dan itu memotivasi saya."
Kipchoge diyakini masih mengincar medali emas ketiga di Olimpiade Paris 2024. Tigist Assefa (Ethiopia) merebut gelar putri dengan catatan waktu dua jam 15 menit 37 detik.